Sayuran merupakan bahan pangan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki kandungan air tinggi. Bagi orang Indonesia, dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur. Ada berbagai jenis sayur kaya gizi, salah satunya sayuran Cruciferous.
Sayuran Cruciferous adalah sayuran yang termasuk golongan tanaman Brassica. Sayuran Cruciferous merupakan sayuran yang memiliki kandungan senyawa glukosinolat yang tinggi. Senyawa glukosinolat adalah senyawa yang memilki aktivitas anti-kanker. Selain senyawa glukosinolat, sayuran Cruciferous memiliki kandungan senyawa aktif seperti sulforaphane yang berfungsi mendukung pengeluaran racun dari tubuh secara alami.
Beberapa contoh sayuran Cruciferous yang umum dijumpai antara lain: Brokoli, kembang kol, kubis, kale, bok choy (sawi sendok), lobak, daun mustard, daun selada, dan lainnya.

Sumber Gambar: pinterest.com
Pemeriksaan yang Dapat Dilakukan
Sensitivitas individu terhadap asupan sayuran dapat dianalisis melalui varian genetik pada gen GSTPI, yang berperan penting dalam proses detoksifikasi tubuh. Gen ini membantu menetralisir dan membuang zat beracun seperti radikal bebas, polutan, serta produk sampingan metabolisme.
Dengan mengidentifikasi varian genetik tertentu yang memengaruhi kemampuan tubuh memetabolisme nutrisi dari sayuran, dapat diketahui bahwa konsumsi sayuran seperti kol, sawi, dan lobak dapat membantu proses pembuangan zat toksik secara lebih efektif.
Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan memiliki 3 skala risiko, diantaranya:
High Risk: Memiliki varian genetik yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan apabila kebutuhan sayuran tidak terpenuhi dengan baik.
Normal Risk: Tidak memiliki varian genetik yang secara signifikan menambah risiko kesehatan akibat rendahnya konsumsi sayuran.
Low Risk: Memiliki varian genetik yang mendukung fungsi detoksifikasi tubuh, melindungi dari stres oksidatif, dan membantu metabolisme nutrisi dari sayuran secara optimal.
Rekomendasi untuk Hasil Pemeriksaan High Risk
- Dianjurkan lebih banyak mengkonsumsi sayuran cruciferous dengan konsumsi minimal 3-4 kali dalam satu minggu.
- Tips Memasak Sayuran Cruciferous:
- Hindari memasak terlalu lama agar tidak mengurangi kandungan vitamin dan antioksidannya.
- Jaga proporsi. Meskipun sayuran Cruciferous sangat sehat, sebaiknya konsumsi dalam jumlah yang seimbang dengan jenis sayuran lainnya.
- Kombinasikan dengan sumber lemak sehat seperti minyak zaitun atau alpukat agar penyerapan vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K lebih maksimal.
Kenali Respons Tubuh Anda terhadap kebutuhan asupan sayuran Melalui Pemeriksaan Nutrigenomik.
Sebagian orang memiliki varian genetik yang membuat mereka lebih rentan mengalami gangguan kesehatan jika kebutuhan sayuran tidak terpenuhi. Tes nutrigenomik dapat membantu mengidentifikasi risiko ini, sehingga pola makan dapat disesuaikan secara lebih tepat dan personal untuk mendukung proses detoksifikasi, melindungi tubuh dari stres oksidatif, serta menjaga kesehatan secara menyeluruh.
Dapatkan layanan pemeriksaan nutrigenomik ini di Geenoms untuk mendukung kesehatan Anda.